Minggu, 19 Februari 2017

TARUMANEGARA KINGDOM

KERAJAAN TARUMANEGARA

1. Sumber-sumber Sejarah Tarumanegara

         Di dalam bukunya Geographike Hyphegesis, ahli ilmu bumi Yunani purba Claudius Ptolemaeus, ketika menyebutkan daerah-daerah timur jauh, antara lain kota bernama Argyre yang terletak di ujung barat pulau Iobodiou disesuaikan dengan bahasa Sansekerta, Yawadwipa yang berarti pulau Jelai. Berita lainnya juga tidak dapat dipastikan kebenarannya ialah berita Cina yang berasal dari tahun 132 M di dalam berita itu disebutkan, bahwa raja Ye-tiao yang bernama Pien, meminjamkan materai mas dan pita ungu kerajaannya kepada maharaja Tiao-pien. Masih ada berita Cina lainnya yang menyebutkan daerah yang belum dapat ditentukan ketepatan lokasinya, berita tersebut dikatakan bahwa ada yang bernama tu-po yang sangat dekat lafalnya dengan cho-po, yang di dalam bahasa Sansekerta berbunyi jawaka. Berita-berita luar yang disebutkan di atas, belum ada satu yang jelas mengacu kepada kerajaan Tarumanegara. Bukti-bukti tentang kerajaan ini, terutama didapatkan di daerah yang diperkirakan menjadi daerah kerajaan tersebut. Sedangkan berita-berita luar terutama berasal dari Cina, sumber-sumber yang berhubungan dengan negara ini, boleh dikatakan sedikit. Sampai saat ini hanyalah tujuh buah prasasti batu, berita Cina, dinasti T'ang, arca-arca Rajarsi, Wisnu Cibuaya, I, dan Wisnu Cibuaya II.

     Sumber - sumber yang berupa Prasasti yaitu :

Prasasti Ciaruton

                  Yang sebelumnya dikenal dengan nama Prasasti Ciampea, terletak di pinggir sungai Ciaruton, yang menarik dari Prasasti ini adalah lukisan labah-labah dan tapak kaki yang dipahatkan di atas aksaranya, Prasasti ini ditulis dalam bentuk puisi India dengan irama Anustubh, prasasti ini mengingatkan adanya hubungan dengan prasasti Mahendrawan, Prasasti ini bunyi beserta terjemahannya adalah sebagai berikut :

Vikrantsya avanipateh

 
Srimatah purnavarmmanah

Tarumanagararendrasya

Visnor iva padadvayan

 Prasasti Pasir Koleangkak

              Di dalam prasasti ini dijumpai nama negara, untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Brandes dan berbunyi Tarumayam. Sementara itu ada yang berhubungan kata Utsadana yang terdapat pada baris 2 Prasasti tersebut, dengan nama sebuah sungai yang letaknya tidak begitu jauh dari tempat itu yaitu Cisadane. Bunyi dari Prasasti ini adalah sebagai berikut:
"Gagah, mengagumkan, dan jujur terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia yang tiada taranya yang termahsyur Sri Purnavvarman yang sekali waktu memerintah di trauma dan baju zirahnya yang terkenal tidak dapat ditembus senjata musuh ini adalah sepasang tapak kakinya yang senantiasa berhasil menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tapi merupakan duri dalam daging babi bagi musuh-musuhnya".

Prasasti Kebonkopi

                     Terletak di kampung Muara Hilir, Cibungbulang, dan menarik dari Prasasti ini adanya dua kapak kaki gajah yang dipersamakan dengan tapak kaki Airawata. Prasasti ini juga ditulis dalam bentuk puisi Anustubh, dengan aksara yang lebih kecil bentuknya jika dibandingkan dengan prasasti-prasasti Purnawarman yang lain.

Prasasti Tugu

                     Merupakan prasasti terpanjang dari semua peninggalan Purnawarman. Ada beberapa hal yang menarik dari prasasti ini dibandingkan dengan prasasti yang lain-lain.

   1. Di dalamnya disebutkan nama 2 buah sungai yang terkenal di Punjab
   2. Prasasti ini merupakan satu-satunya prasasti yang menyebutkan anasir penanggalan
   3. Prasasti ini menyebutkan dilakukannya upacara selamatan oleh Brahmana.

Tentang nama Candrabhaga yang disebutkan dalaam prasasti Tugu, bahwa itu tentulah nama sungai di pulau jawa yang diberikan kepada sebatang sungai di pulau Jawa. Bahwa nama itu sekarang di kenal dengan nama Bekasi yang diduga sebagai pusat kerajaan Tarumanegara. Prasasti ini untuk pertama kalinya menyebutkan penanggalan, yang bukan saying sekali phalguna dan caitra.

Prasasti Pasir Awi

                 Tertulis dalam Aksara Ikal yang belum dapat dibaca, seperti halnya dengan yang terdapat pada prasasti Ciaruton, di sebelah tapak kaki.

Prasasti Cidanghiang

                 Prasasti ini didapatkan di kampung Lebak di pinggir sungai Cidanghiang. Prasasti ini ditemukan tahun 1974 dan berisi 2 buah baris aksara yang merupakan satu sloka dalam Metrum Anustubh. Aksaranya Pallawa yang dalam beberapa hal mirip dengan aksara pada prasasti Tugu.

Arca Rajarsa
                      Berdasarkan berita- berita ysng sampai, Arca ini menggambarkan Rajarsi sebagaimana disebutkan di prasasti Tugu. Tetapi, sementara itu ada pula yang mengatakan Arca ini berasal dari sebuah Arca Siwa pada abad ke 11 berdasarkan adanya Trinetra pada Arca tersebut.

Arca Wisnu Cibuaya I
                       
                        Bahwa hal ini  membuktikan adanya aliran seni di Jawa Barat yang belum dapat di duga dan juga bertahannya pusat-pusat keagamaan. Arca ini memperlihatkan adanya beberapa persamaan dengan Arca yang ditemukan di Semenanjung Melayu, Siam, dan Kamboja dan berdasar itu dapatlah dari mana asal usul tradisi Arca ini. Arca ini diduga mempunyai persamaan dengan langgam seni Pallawa di India Selatan dari abad ke 7- 8 atau barangkali dengan Calukya.

Arca Wisnu Cibuaya II

                         Berdasarkan persamaan-persamaan yang ada pada Arca ini dengan Arca dari seni Pallawa terutama (1) jenis batu yang dipergunakan (2) bentuk Arca beserta laksananya (3) bentuk badan (4) Mukata. Dapat dipastikan Arca ini termasuk Arca yang sangat tua. Kesimpulan ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa Jawa Barat masih menjadi pusat seni dan agama dan berita Cina dengan mengatakan bahwa pada abad ke 7 masih ada sebuah negara bernama To-lo-mo yang dianggap merupakan lafal Cina dari Trauma.

Keadaan Masyarakat
                          Berdasarkan bukti-bukti dan sumber-sumber yang terdapat sampai saat ini diduga bagaimana kira-kira mata pencaharian penduduk zaman Tarumanegara. Kalau dugaan tentang barang-barang yang berasal dari daerah Ho-ling, maka kita memperoleh gambaran bahwa pada masa itu perburuan, pertambangan, perikanan, dan perniagaan termasuk mata pencaharian Tarumanegara.
                             Berita-berita tentang perburuan, adanya Cula Badak dan gading gajah yang diperdagangkan. Sedangkan kita tahu kedua jenis binatang itu adalah binatang liar yang harus dilakukan dengan pemburuan. Perikanan barangkali dapat dihubungkan dengan perdagangan kulit penyu yang banyak digemari pedagang Cina dengan memungkinkan adanya pertambangan. Maka jelas bahwa dengan demikian perniagaan merupakan salah satu mata pencaharian Tarumanegara.

Tentang kehidupan segi budaya, 
                              Ada dua golongan dalam masyarakat itu, ialah golongan masyarakat berbudaya Hindu dan golongan masyarakat berbudaya asli. Mengingat bahwa pada waktu tersebut perngaruh India boleh dikatakan ada pada taraf pertama penyebarannya. Pada golongan pertama itu terbatas pada lingkungan Kraton saja, sedangkan golongan kedua meliputi bagian terbesar penduduk Tarumanegara, tetapi dalam kehidupan sehari-hari kedua golongan itu tidaklah saling terpisah, malahan beberapa hal mereka bisa bekerja sama.
                                Kita ketahui tentang agama Budha di Tarumanegara sama sekali sangat terbatas kepada berita Fa-shien yang mengatakan bahwa pada waktu itu di sana hanya sedikit saja di temui orang yang beragama Budha seperti Fa-shien sendiri. Yang cukup menarik adalah berita Fa-shien tentang agama "kotor". Ada yang berpendapat  bahwa agama kotor itu adalah agama Siwa Pasupata, sedangkan orang Parsi mengatakan agama kotor itu adalah penanaman mayat dengan menempatkannya demikian saja di dalam hutan. Pendapat terakhir dari Kamboja yang berpendapat agama kotor itu adalah agama yang sudah lama ada sebelum masuknya pengaruh India ke Indonesia. Pada dasarnya penemuan agama kotor itu disebabkan karena ketidaktahuan Fa-shien akan sistem kehidupan keagamaan asli di Indonesia pada masa itu. Tarumanegara adalah negara pertama di Jawa Barat yang menerima pengaruh India.